Puisi Sus. S. Harjono
Oleh: Redaksi Tembi - 0376 Facebook Twitter Pinterest WhatsAppKarmawibangga
Masih menapaki tangga batu batu
Menuju stupa arupadatu
Jalan batu melingkar di tubuh penuh nafsu
Dan hitam di sekujur lorong hati
Lalu penuh liku berundak naik ke tahta
Tak mudah menuju nirvana
Menjangkau tangan tangan di puncak stupa
Kaki kaki masih menapak di bumi
Hawa nafsu dan ketamakan ragawi
Maka kolam suci pencucian diri
Menuju langit putih
Membaca relief purba
Di kaki candi
Membaca karmawibangga
Membaca diri manusia
Dalam prasasti mengukir angkara
Nafsu dan luka jiwa
Sragen , 2016-12-29
Karmapala
Meruwat diri mensucikan hati
membaca karmapala membaca diri sendiri
angin tegak memandang langit
jauh di ketinggian arupadatu
sedang kaki dan hati masih terjerat di kamadatu
masih mencari perjalanan ke barat
menemukan kitab
berasal dari dan kembali pada diri
menabur bakal menuai
menanam bakal memanen
membaca karmapala
tubuh adalah tempat menyemai bakal biji
yang mengusir bakal terusir
semua kembali pada kitab tubuh sendiri
yang pergi takkan kembali
yang pulang takkan pernah lagi datang
pulang dan masuk adalah pintu gerbang
di pintu hati
bertukar dalam cakra manggilingan
tak ada yang bisa lepas silap dari mantraNya
Sragen , 2016-12-29
Savitri Gugat
Kau menggugat para dewa
Mengapa kau ciptakan hanya separuh iga
Dan kau letakkan surga, di kaki para perempuan
Oh, kaukah Duka itu
Cinta yang bertuah
Kramat dan wingit
Dalam rahimnya , peraduan itu
Oh tahta dan wanita
Sering jadi muasal perang itu
Perseteruan abadi yang melahirkan pereseteruan baru
Perang
Yang tak berkesudahan
Hitam putih
Dalam setiap dada jiwa manusia
Sragen, 2017
Sekar Jagat
Tuhan aku menemukan sabda
Pandita
Aku menanam huruf huruf di muka bumi
Merasuk dalam kawah adam dan ibu hawa
Menjadi biji biji
Dewi kesuburan menjelma dalam dewi sri
Memberi dan hanya memberi
Keikhlasan dan pengabdian
Yang tak henti
Perempuan yang menjadi mantra bumi
Bibit bibit kelahiran
Ditanami ari ari kehidupan
Sragen, 2017
Surat Dari Jonggrang
Biarlah tubuhku hilang
Mungkin suatu saat kau menemukanku lagi
Setelah kau kutuk jadi batu
Surat ini untukmu
Biarlah dalam sunyi cinta yang terkutuk
Kau memujaku tapi kau matikan aku
Biarlah waktu jadi lumut
Dan kerinduan yang bisa terpeleset oleh
Waktu yang penuh jamur
Licin kaki mengunjungiku
Betapa tingginya
Langit yang tak bisa kusentuh dalam api
Maka dinginkanlah Bandung
Dalam kobar merah darah
Mendidih
Melelehkan batu pikiran
Mencelat kemana mana
Terimbun masa
Maka jika aku bisa bangun
Kau akan sangat menyesal
Kenapa cinta harus kau kutuk
Biarlah tubuhku hilang
Mungkin suatu saat kau menemukanku lagi
Setelah kau kutuk jadi batu
Surat ini untukmu
Biarlah dalam sunyi cinta yang terkutuk
Kau memujaku tapi kau matikan aku
Maka jika aku bisa bangun
Kau akan sagat menyesal
Kenapa cinta harus kau kutuk
Sragen, 2017
Sus S. Hardjono lahir 5 November l969 di Sragen, Tahun 1990 an – Aktif menulis puisi, cerpen dan geguritan dan novel sejak masih menjadi mahasiswa, serta mempublikasikannya di berbagai media massa yang terbit di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Puisinya dimuat di Bernas, KR , Pelopor Jogya , Merapi , Solo Pos, Joglo Semar , Suara Merdeka , Wawasan , Swadesi , Radar Surabaya , Minggu Pagi , Cempaka Minggu Ini, dll.
Novel perdananyaSekar Jagat dan sekarang menulis novel keduanya yang berjudulPengakuan Mendut, dan novel Ketiganya Surga Yang Hilang. Beberapa antologi puisinya di antaranya antologi puisi bersama penyair Indonesia. Tahun 2012 – RSS dan DKDS Mengadakan Launching buku Sragen Memandang Indonesia (bersama Dedet Setiadi , Sosiawan Leak dll), Tahun 2014 Launching buku Habis Gelap Terbitlah Sajak (RSS & APPS) , Tahun 2014 Launching Buku dan Road Show PMK 23 di MAN I Sragen , Tahun 2016 – Launching buku Perempuan Mengasah Kata (RSS & TBJT) , Tahun 2017 Launching buku PMK 6 dan Roadshow PMK 48 Buku Antologi Puisi Guru dan Siswa MAN I Sragen di MAN I Sragen.
Mengelola RSS di Sragen , Jl, Raya Batu Jamurs Km 8 Mojokerto Kedawung Sragen
Mengajar di MAN I Sragen jl. Irian no 5 Nglorog Sragen
HP 082 134 694 646
Email : [email protected],com
Fb Sus S. Hardjono dan Rumah Sastra Sragen