Makan yuk..!

'LELE NJINGKRUNG' PADA OPENING WARUNG BU AGENG

'LELE NJINGKRUNG' PADA OPENING WARUNG BU AGENGRasanya, nama-nama jenis menu yang disediakan di ‘Warung Bu Ageng’, mengundang untuk segera mencicipi. Setidaknya, Senin (26/12) lalu, warung ini melakukan ‘opening’ yang dihadiri kalangan yang beragam, tidak hanya seniman seperti pemiliknya, Butet Kartaradjasa. Karena ketua MK, Mahfud hadir dalam acara ini. Juga tokoh kuliner yang dikenal dengan ‘Maknyus’-nya, Bondan Winarno. Malam itu Butet memang membuka warungnya, yang terletak di jalan Tirttodipuran 13, Yogyakarta. Yang membuka, Ny. Yus Kayam, istri dari (alm) Umar Kayam, yang dalam tulisan-tulisannya selalu menghadirkan tokoh Pak Ageng dan bu Ageng.

Tapi rupanya, ‘Warung Bu Ageng’ bukan berangkat dari tokoh dalam tulisannya (al'LELE NJINGKRUNG' PADA OPENING WARUNG BU AGENGm) Umar Kayam, melainkan, yang utama, karena Butet dan istrinya, Ruly, oleh cucunya sering dipanggil sebagai pak dan bu Ageng. Dan kebetulan, Butet juga mengenal tokoh fiktif dalam tulisan (alm) Umar Kayam, yaitu Pak dan Bu Ageng.

Okelah. Soal nama warung menjadi urusan Butet dan istrinya. Yang lebih menarik, rasanya adalah menu yang disajikan. Malam itu, menu yang dihidangkan berupa nasi campur, yang lauknya bisa memilih, misalnya lele njingrung, atau baceman kepala kambing. Paling tidak, dalam nasi campur ada beberapa lauk yang bisa nikmati, dan daging dari baceman kepala kambing, atau paru, enak untuk dinikmati.

Selain nasi campur, tersedia pula pecel. Atau juga disediakan sambal kutai, yang ber'LELE NJINGKRUNG' PADA OPENING WARUNG BU AGENGupa perpaduan antara sambal tomat, terong dan petai. Dilihat dari warna sambal, imajinasi rasa pedas akan segera menyergap, tetapi begitu mengambil dan memadukannya dengan nasi campur, kita baru tahu, sambal kutai tidak membawa pedas yang sangat. Bahkan bagi yang suka pedas, dianggapnya belum atau kurang pedas.

Ada jenis minuman yang khas dari Yogya dan disediakan di ‘Warung Bu Ageng’ ini, ialah setp jambu. Rasa minuman setup jambu ini enak dan rasa manisnya cukup. Disajikan dalam dua pilihan setup jambu, yakni tawar dan manis. Menikmati keduanya, rasa jambunya terasa sehingga betul-betul setup jambu.

“Setu jambunya enak, Tet” komentar kuliner Tembi

“Kalau tidak enak, tidak akan saya jual. Selera saya selalu enak’ kata Butet.

Warung Bu Ageng, menyediakan menu masakan omah, setidaknya untuk menunjukkan jenis menu sehari-hari. Informasi yang sudah disebarkan Butet melalui sms, menu yang disediakan misalnya, nasi campur semur lidah, baceman kambing, sambal kutai, paru ketumbar, terik daging, lele njingkrung, duren mlekok, setup ja'LELE NJINGKRUNG' PADA OPENING WARUNG BU AGENGmbu, bubur jagung.

Pada opening warung Bu Ageng, kuliner Tembi mencoba minum setup jambu dan juga minum duren mlekok. Setup jambunya memang enak,sehingga kuliner Tembi beberapa kali minta tambah setup jambu. Duren mlekoknya, yang sudah dibuat menjadi minuman dan dicampur dengan roti yang sudah dipotong-potong kecil, dirasakan oleh ‘kuliner Tembi’ kurang nendang, dan karena itu tidak membuatnya untuk tambah lagi.

Nasi campurnya, dengan beberapa jenis lauknya, rasa lauknya misalnya dagingnya, empuk untuk dikunyah. Lele njingkurngnya juga empuk. Dan karena mungkin lelenya lagi jingkrung, sehingga kelihatan besar, tapi rasa lelenya tidak ‘berjauhan’ dengan lele-lele lainnya di tempat berbeda.

Untuk menikmati masakan omah, adakalanya perlu mampir di ‘Warung Bu Ageng’ agar serasa pulang ke rumah.

Makan yuk..!

Ons Untoro