Djogdja Tempo Doeloe

Mackenzie Salah Satu Tokoh "Pembedah" Jogja

Mackenzie Salah Satu Tokoh "Pembedah" Jogja

Ini adalah foto atau lukisan atas tokoh yang bernama Kolonel Colin Mackenzie (1754-1821). Mackenzie adalah insinyur kepala tentara Inggris. Tokoh ini merupakan tokoh perancang penyerbuan Inggris ke Keraton Yogyakarta yang terjadi pada bulan Juni 1812. Kolonel ini tampaknya telah mempelajari cukup banyak peta situasi di Yogyakarta sehingga ia bisa menempatkan kesatuan-kesatuan pasukan Inggris yang dibantu tentara bayaran Spoy (Sepei) dan dibantu juga oleh Legiun Mangkunegaran serta beberapa kerabat Keraton Yogyakarta sendiri. Jasa Mackenzie cukup besar bagi Inggris dalam �membedah� dan menduduki Keraton Yogyakarta.

Mackenzie tidaklah bekerja sendirian. Dalam kesehariannya ia dibantu oleh beberapa orang pembantu, di antaranya adalah cendekiawan dari India Selatan yang disebut pandit. Dalam gambar ini tampak tiga orang pandit mengelilinginya. Pandit-pandit ini antara lain bertugas sebagai juru (ahli) peta, dan guru bahasanya. Pada sisi ini tampak bahwa peran cendekiawan atau para ahli begitu penting untuk kesuksesan sebuah tugas atau misi. Ahli peta sangat diperlukan dalam sebuah suasana perang. Bahkan juga dalam suasana damai. Demikian pula ahli bahasa.

Dengan peta orang dapat menempatkan titik-titik kekuatannya untuk menekan atau menghancurkan musuh. Dengan peta pula orang dapat memotong jalur-jalur yanga akan dilewati musuh dalam gerakan maju maupun gerakan pengunduran diri. Melalui peta pula orang dapat menggunakan kekuatan-kekuatan alam atau kondisi-kondisi alamiah di medan perang untuk pertahanan. Peta juga dapat menyuguhkan seberapa kuat musuh membuat kubu. Seberapa kuat kondisi alam turut mendukung kekuatan musuh. Seberapa cepat musuh dapat bergerak.

Bahasa tidak kalah penting. Bahasa menjadi kunci utama untuk mengetahui kekuatan musuh. Bahasa menjadi kunci untuk memasuki alam pikiran, kebiasaan, dan sudut-sudut rahasia yanga disembunyikan pihak lawan. Dengan bahasa pula orang dapat menyusup memasuki cara berpkir lawan dan membaca strategi yang diterapkan lawan. Mackenzie tampaknya memanfaatkan itu semua melalui pembantu-pembantu Indianya untuk menyerang dan menduduki Keraton Yogyakarta. Akhirnya Yogyakarta memang dapat diduduki dan bahkan dirampas kekayaannya. Keuntungan finansial dan politis segera saja direguk oleh Inggris atas Yogyakarta. Bukan hanya itu. Inggris juga merampas sekian banyak dokumen dan kitab-kitab penting dari perbendaharaan Keraton Yogyakarta. Kerugian yang diderita Yogyakarta bukan hanya kerugian material namun juga politik, kultural, dan moral.

Demikianlah Jogja di masa lalu. Kepahitan dan kegetiran pernah dialami secara bertubi-tubi oleh wilayah yang sekarang menjadi salah satu tujuan wisata penting di Indonesia itu.

a.sartono

Sumber: Carey, Peter, 2011, Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855, Jakarta: KPG bekerja sama dengan KITLV.