Djogdja Tempo
Doeloe
CARA MEMASAK DI AWAL ABAD 19
Hampir
di setiap rumah tangga desa di Jawa masa lalu, untuk urusan makanan
hampir 100 persen ditangani oleh pihak perempuan. Proses penyiapan
makanan ini hampir selalu melibatkan semua perempuan yang di dalam
rumah tangga tersebut. Bagi perempuan yang menjadi anggota keluarga
dan kemudian tidak terlibat atau tidak mau melibatkan diri dalam
urusan ini sering dianggap sebagai tidak pantas. Bahkan saru. Oleh
karena itu, sejak kanak-kanak perempuan-perempuan di Jawa sudah
dilibatkan dalam urusan itu.
Sejak kanak-kanak secara
langsung maupun tidak mereka sudah dikenalkan pada aneka jenis bumbu,
aneka jenis sayuran, dan aneka macam bahan pangan yang bisa diolah
menjadi makanan. Mereka juga dikenalkan dengan teknik atau cara-cara
mengolah makanan. Bagaimana pula cara menghidupkan tungku dengan
kayu. Bagaimana membersihkana atau mencuci wadah makanan termasuk
piring atau cobek.
Hal-hal demikian menyebabkan
perempuan-perempuan di Jawa yang memiliki keahlian memasak atau
mengolah bahan makanan mendapatkan penghargaan yang lebih. Hal
demikian akan nampak sekali dalam perhelatan atau hajatan yang
melibatkan banyak tenaga perempuan dalam hal menyiapkan makanan.
Misalnya dalam hajatan pernikahan di desa, wanita yang ahli memasak
dan mengkoordinasikan urusan dapur akan menjadi sosok yang penting.
Berikut ini adalah gambaran
tentang perempuan-perempuan Jawa yang tengah terlibat dalam urusan
menyiapkan makanan. Kemungkinan besar gambar tersebut diambil dalam
sebuah peristiwa hajatan dalam sebuah rumah tangga tertentu.
Perempuan yang dilibatkan di sana mungkin tidak hanya satu dua orang.
Mungkin bisa melibatkan puluhan orang perempuan. Tugas pun dibagi.
Ada yang memarut kelapa. Ada pula yang mengupas bawang. Ada yang
menggiling/ menghaluskan bumbu-bumbu. Ada yang bertugas menjaga
nyala api. Selain itu ada pula yang bertugas secara khusus untuk
menanak nasi dalam jumlah sangat banyak.
Demikianlah urusan
masak-memasak yang melibatkan banyak orang (perempuan) karena memang
hasil masakannya akan diberikan kepada banyak orang, maka peristiwa
semacam ini sering disebut dengan istilah �ewuh�. Ewuh sebenarnya
diartikan sebagai sibuk. Akan tetapi karena isi dari persitiwa sibuk
itu lebih menitik beratkan pada proses pembuatan atau penyiapan
makanan dalam jumlah besar maka istilah �ewuh� dalam masyarakat Jawa
juga sering diartikan sebagai pesta ataui persiapan pesta.
Dalam gambar tersebut
terlihat seorang wanita tengah memarut kelapa. Wanita yang lainnya
lagi tampak mengupas sesuatu (mungkin bawang), dan yang satunya lagi
tampak sedang mengiris (merajang) sesuatu di atas telenan berbentuk
dhingklik (kursi kecil). Perhatikan pula dinding gedhek di latar
belakang mereka. Perhatikan juga alat-alat masak berupa keren (tungku),
kuali, dandang, tenggok, dan kukusan. Ada pula beberapa ikat kayu
bakar. Mereka mengerjakan semua pekerjaannya dengan duduk di lantai
(tanah).
a.sartono
sumber : L. Th. Mayer,
1897, Een Blik in Het Javaansche Volksleven, Leiden: Boekhandel en
Drukkerij. |