Djogdja Tempo
Doeloe
PAKAIAN RAJA JAWA MASA LALU
Berikut
ini adalah profil raja Jawa dalam pakaian tradisional Jawa. Tidak
jelas benar, siapakah tokoh raja yang dimaksudkan dalam buku Een
Blik Javaansche Volksleven karya L. Th. Meyer dan diterbitkan tahun
1890 di Leiden, Belanda ini. Hal yang jelas adalah bahwa raja
tersebut mengenakan mahkota yang terbuat dari logam (mungkin emas).
Mungkin sekali mahkota berbentuk ketopong yang dikenakannya juga
dihiasi batu-batu mulia. Raja ini juga mengenakan sumping (asesori
yang dipasangkan di pangkal daun telinga). Tampak bahwa mahkota yang
dikenakannya juga dihiasi rumbai-rumbai yang menjuntai dari pelipis
hingga dada. Tidak terlalu jelas, rumbai-rumbai tersebut apakah
untaian bunga ataukah manik-manik.
Raja ini juga mengenakan
kelat bahu (semacam gelang yang disematkan di bagian lengan atas).
Ia juga mengenakan gelang di kedua tangannya. Meskipun kelihatan
samara-samar tampak bahwa raja ini juga mengenakan kalung bersusun
hingga menjuntai sampai sisi bawah dari dadanya. Tangan kanan raja
ini kelihatan setengah mengapit tangkai atau hulu keris yang
dikenakannya. Mungkin juga pada beberapa jarinya tersemat cincin
emas dengan batu mulia (intan/berlian) sebagai pemanisnya.
Kain panjang bati (dodot)
dikenakan sebagai pakaian terluar bagian bawah tubuhnya. Kecuali itu
kemungkinan besa ia juga mengenakan celana panjang cinde di bagian
sisi dalam dari dodotnya. Tampak pula bahwa telapak kakinya dihiasi
dengan selop. Pada sisi kiri raja yang berpose ini juga terdapat
satu meja kecil dengan satu kotak kecil di atasnya. Kemungkinan
besar kotak kecil ini berisi alat untuk menginang (mengunyah sirih).
Sedangkan bejana berbentuk seperti vas bunga di sampingnya mungkin
sekali adalah bokor atau tempolong tempat ludah dari sang raja.
Pada sisi ini kelihatan
bahwa sosok tubuh seseorang akan menjadi memiliki nilai lain jika
dihiasi dengan pakaian yang mewah. Pakaian semacam itu menjadi tanda
presentasi diri yang menyatakan keberbedaannya dengan orang lain.
Berbeda pangkatnya, berbeda status sosialnya, berbeda derajad
keningratannya, dan seterusnya. Pakaian dan asesorinya dalam skala
tertentu menjadi pembeda status orang yang mengenakannya dengan
orang lain. Dengan pakaian yang berbeda itu secara langsung maupun
tidak orang yang bersangkutan meminta perhatian atau penghormatan
lebih dibandingkan orang biasa.
Hal demikian mungkin menjadi
sifat hakiki dari manusia. Dalam kaca mata modern hal itu bisa
dipresentasikan melalui kepemilikan kemewahan lain seperti mobil,
rumah mewah, kepemilikan barang-barang elektronik, pakaian dengan
merk-merk terkenal dan berharga mahal, dengan aneka perhiasan mewah,
kepemilikian macam-macam kartu kredit atau ATM, dan seterusnya.
a.sartono
sumber: : L. Th. Mayer,
1897, Een Blik in Het Javaansche Volksleven, Leiden: Boekhandel en
Drukkerij. |