Djogdja Tempo Doeloe

PROFIL PANGERAN JAWA TAHUN 1897

PROFIL PANGERAN JAWA TAHUN 1897Foto ini menggambarkan tentang profil pangeran Jawa masa lalu. Foto dibuat pada tahun 1897. Tampak bahwa gaya rambut pria Jawa masa lalu hampir semuanya gondorng. Jadi, model rambut gondrong bagi pria sesungguhnya juga telah ada di masa lalu. Hanya saja, umumnya pria Jawa menggelung rambutnya dalam ikatan rambut yang kecil. Pada beberapa pria lain dibiarkan terurai dan hanya diberi penjepit rambut berupa sisir berbentuk melengkung yang biasanya disematkan di atas dahi. Pada beberapa pria Jawa lain biasanya akan menutup kepalanya dengan destar atau iket �penutup kepala yang cara memakainya dengan diikat-lipat-simpul.� Namun pada pria-pria bangsawan semacam pangeran mereka umumnya akan mengenakan jamang atau semacam mahkota yang tidak menutup seluruh bagian atas kepala atau juga kuluk (penutup kepala) berbentuk seperti silinder yang dipangkas.

Pangeran dalam foto di samping tampak mengenakan jamang. Ia juga membawa busur dan anak panah. Barangkali busur dan anak panah memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bangsawan pria Jawa masa lalu. Mungkin jenis senjata tersebut menjadi semacam benda wajib bagi bangsawan pria Jawa. Sebab pada masa lalu umumnya bangsawan pria Jawa memiliki kegemaran berburu. Bahkan berburu menjadi semacam kegemaran yang mewah atau sebagai bentuk kegiatan rekreatif sekaligus olah raga bagi orang-orang golongan kelas atas.

Pria ini juga mengenakan pakaian khas Jawa masa lalu. Ia juga tidak berbaju. Artinya, bertelanjang dada. Dulu, umumnya dalam kesehariannya pria-pria Jawa juga relatif jarang yang mengenakan baju. Tampaknya hal demikian di masa lalu belum dianggap sebagai saru atau tidak pantas. Iklim tropis di Jawa mungkin menyebabkan orang-orang Jawa masa lalu tidak begitu suka mengenakan baju. Mungkin juga ada faktor penghematan pengeluaran biaya untuk membeli baju. Selain itu mungkin baju dikenakan hanya pada saat-saat formal saja.

Tampak bahwa alas kaki juga belum menjadi bagian dari tradisi berpakaian orang Jawa. Pakaian yang dikenakan pangeran ini berupa celana pendek di bagian dalam yang pada bagian luarnya ditutup dengan kain (jarit) yang diwiru besar. Pose foto yang ditampilkan di sini juga mengesankan bahwa pangeran ini sepertinya hendak berburu. Sekalipun demikian ia juga mengenakan jamang, gelang, dan kain jarit yang diiikat dengan sabuk besar bertimang (kepala gesper) besar. Mungkin dalam kacamata orang sekarang hal ini kelihatan membuat repot/ribet. Sekaligus juga dapat menimbulkan sakit masuk angin (karena tidak berbaju) sekaligus rawan terkena pecahan beling, paku, atu pines karena tidak bersepatu.

Tidak ada keteranga yang tegas mengenai asal pangeran ini. Apakah ia pangeran Jawa dari Solo, Jogja, atau Jawa Timur.

a.sartono

sumber : L. Th. Mayer, 1897, Een Blik in het Javaansche Volksleven II, Leiden: Boekhandel en Drukkerij voorheen E.J. Brill.