Djogdja Tempo
Doeloe
PENOBATAN SULTAN HAMENGKU BUWANA IX TAHUN 1940
Berikut
ini foto tentang pelantikan GRM. Daradjatun, putra Sultan Hamengku
Buwana VIII. Pelantikan GRM. Daradjatun menjadi Sultan Hamengku
Buwana IX dilaksanakan tanggal 18 Maret 1940. Gelar lengkap yang
diberikan kepada GRM. Daradjatun dalam pelantikan tersebut adalah
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana
Senapati in-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah
ingkang Jumeneng Kaping Sanga. Akan tetapi nama yang kemudian lebih
populer adalah Sultan Hamengku Buwana IX.
Tampak dalam foto tersebut
Sultan Hamengku Buwana IX berjalan berdampingan dengan dr. Lucien
Adam, seorang pejabat gubernur Belanda atas wilayah Yogyakarta.
Keduanya tampak tengah melangkah menuju Sitihinggil Keraton
Yogyakarta. Sementara itu abdi-abdi dalem Keraton Yogyakarta (tampak
di belakang) kelihatan duduk dengan takzim di lantai kompleks
Sitihinggil.
Pada penobatan GRM.
Dorodjatun menjadi Sultan Hamengku Buwana IX itu tampak keduanya
tidak bergandengan tangan dengan dr. Lucien Adam (seperti yang
selama ini terjadi pada pelantikan atau kunjungan pembesar Belanda
pada praja Kejawen). Bergandeng tangannya raja praja Kejawen dengan
pejabat (umumnya residen/gubernur) Belanda menunjukkan bahwa raja
dari praja Kejawen itu berada di bawah pengaruh kuasa Belanda.
Bergandeng tangannya raja praja Kejawen pada tangan pembesar Belanda
seolah menggambarkan bahwa raja dari praja Kejawen adalan �anak�
atau �cucu� dari petinggi Belanda. Seolah orang-orang Belanda
tersebut berdiri sebagai ayah atau kakek dari mereka yang bertugas
melindungi, mengasuh, memberikan kesenangan, memanjakan, dan
sebagainya. Akan tetapi di balik itu sesungguhnya Belanda telah
menelikung mereka dalam sebuah perlakuan semacam nina bobo.
Dalam pelantikan Sultan
Hamengku Buwana IX tidak terjadi gandeng tangan antara dr. Lucien
Adam dan Sultan Hamengku Buwana IX seperti yang selama ini terjadi
dalam kesempatan-kesempatan semacam tersebut di atas. Pada saat
pelantikan atau penobatan GRM. Daradjatun ini dr. Lucien Adam
memperlihatkan rasa hormat atas martabat otonomi kasultanan
Yogyakarta dan menghentikan kebiasaan bahwa sultan harus berjalan
bergandengan tangan dengan residen.
a.sartono
sumber: wikipedia.org
P. van Bruggen, R.S. Wassing, dkk., 1998, Djokdja en Solo,
Nederland: Asia Major. |