Tembi

Berita-budaya»MOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIF

16 May 2011 10:15:00

MOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIFPaguyuban Pecinta Batik Indonesia ’Sekar Jagad’ kembali menyelenggarakan pameran batik. Tidak terpatok pada batik pedalaman dari Yogya dan Solo, kali ini batik pesisir mendapat porsi lebih besar, yakni batik Jepara, Kebumen, Pati dan Cirebon. Batik pesisiran biasanya memiliki banyak warna dan lebih terbuka pada pengaruh kebudayaan asing.

Motif batik Jepara yang dipamerkan adalah motif lama dan baru. Motif lama antara lain lung berwarna hitam sogan, serta flora fauna semacam gajah coklat, daun ulir putih, bunga hijau dan ungu.

Sedangkan batik tulis Jepara baru yang dipamerkan adalah motif Kembang Setaman, Elung Bimo Kurdo, dan Sido Arum. Motif Kembang Setaman berupa motif ulir yang dihiasi bunga aneka warna dan kupu-kupu, yang menggambarkan harmoni keindahan taman bunga. Motif Elung Bimo Kurdo berupa bentuk lung yang besar-besar, yang diilhamiMOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIFdari tokoh pewayangan Bima, serta menunjukkan karakter agung, kokoh dan wibawa Bima. Sedangkan motif Sido Arum merupakan motif yang diilhami dari motif-motif klasik yang sudah ada seperti Sido Mukti, Sido Pangkat, dan semacamnya. Motif ini mengandung pesan agar derajat pangkat bermanfaat bagi kehidupan.

Ada pula motif baru yang khas, yakni Sekar Jagat Bumi Kartini. Motif ini terinspirasi dari motif Sekar Jagat yang sudah ada namun terdapat nuansa yang berbeda pada garis pembatasnya yang berupa stilisasi bunga melati. Harapan simboliknya, batik yang ada di Jepara ini aromanya akan menyebar ke seluruh penjuru negeri.

Menarik juga mencermati adanya kaitan antara motif batik Jepara dengan ukiran kayu Jepara. Sebagian motif yang dipamerkan ternyata terinspirasi dari corak ukir Jepara. Misalnya motif Parang Poro (singkatan dari ParangMOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIFJeporo) yang disusun miring dan berupa stilisasi ranting dan dedaunan yang saling berkaitan ternyata digali dari corak ukir Jepara. Makna motif ini adalah hidup saling membutuhkan. Begitu juga motif lung-lungan, terinspirasi dari motif relief ukir Jepara yang ada di Desa Senenan.

Pameran ini dipamerkan di Gedung Koesnadi Harjosumantri Universitas Gadjah Mada, yang berlangsung pada 23 April sampai 2 Mei lalu, menyertai pameran seni rupa ’Kartini: The Power of Woman in Art’. Dikaitkannya batik dengan Kartini, yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, tidaklah mengada-ada.

Pembudayaan batik tidak lepas dari peran Kartini. Selain biasa membatik, Kartini juga mengajarkan ketrampilan membatik di pendapaMOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIFkediamannya. Tidak hanya itu, ia juga menulis tentang batik dalam bahasa Belanda sehingga batik dikenal di luar negeri. Tak heran jika dalam pameran ini batik Jepara mendapat porsi tampilan yang penting.

Kartini wafat di Rembang. Di kota ini terdapat batik yang terkenal, yakni batik Lasem. Batik Lasem yang juga termasuk batik pesisir biasanya dikenal dengan warna-warnanya yang cerah. Motifnya beragam, di antaranya dipengaruhi budaya Cina serta kraton Yogya dan Solo. Selain motif Cina semisal burung dan naga serta motif kraton Jawa semisal Parang dan Kawung, batik Lasem juga dikenal dengan motif flora faunanya. Batik Lasem yang dipajang dalam pameran ini adalah batik bermotif flora fauna. Salah satunya berwarna merah seperti warna darahMOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIFayam, warna merah khas Lasem yang terkenal itu.

Batik Cirebon yang dipamerkan cukup beragam. Ada motif-motif bangunan seperti Siti Inggil, Trusmian, Gedongan, Taman Arum, lantas motif-motif yang dipengaruhi budaya Cina seperti Naga Uto dan Singa Payung, serta motif-motif lain seperti Panji Semirang, Gunung Giwur, Bajar Barong, Rajeg Wesi, dan tentu saja, Mega Mendung.

Selain jenis batik pesisiran, motif batik kraton yakni Parang Ceplok Wayang dan Ngeksigondo ikut melengkapi pameran ini. Batik kraton yang dipamerkan ini memiliki kekhasan batik Yogya yang pola geometrinya besar-besar, serta warna sogan dan putih yang mencolok.

Hadirnya pameran batik tulis dan cap ini jelas menggembirakan. Setidaknya memperkenalkan kepada masyarakat, bukan saja tentang motif-motif batik yang ada, tapi wujud batik yang asli atau batik sesungguhnya. Istilah batik asli bukan berkaitan dMOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIFengan hak cipta atau pakem tapi batik yang diproses dengan menggunakan malam.

Kepada Tembi, Bu Suliantoro Sulaiman dan Bu Wisnu Mashadi dari Sekar Jagad menyampaikan keprihatinannya tentang salah kaprah pengertian batik yang terjadi belakangan ini. Selama ini tekstil yang dikenal masyarakat sebagai batik printing digolongkan sebagai batik. Padahal pengertian batik, menurut Bu Suliantoro, adalah proses pengerjaannya yang menggunakan malam. Jadi batik hanya ada dua, yakni batik tulis dan batik cap. Sehingga, menurut mereka, apa yang disebut sebagai batik printing bukanlah batik. “Istilah yang lebih tepat adalah tekstil bermotif batik,” kata Bu Wisnu.

Bu Suliantoro dan Bu Wisnu mengingatkan agar para produsen dan penjual tekstil bermotif batik tidak menipu dengan menyebut produknya sebagai batik sehingga konsumen yang ingin membeli batik tidak terkecoh.

Bu Suliantoro juga sempat menyayangkan penggunaan tekstil bermotif batik untuk seragam pramugari maskapai penerbangan nasional terkemuka. Baginya, alasanMOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIFpresisi atau kesamaan yang sangat persis sebenarnya bukan masalah. Karena batik cap juga memenuhi syarat kesamaan sebagai seragam meski tidak sepresisi teknik printing.

Di kalangan masyarakat istilah batik memang mengalami kerancuan. Mereka yang bersemangat melestarikan batik –terutama setelah batik diakui Unesco sebagai warisan budaya— mengekspresikannya dengan mengenakan tekstil bermotif batik. Padahal ironisnya, karena harganya yang sangat murah, kehadiran tekstil bermotif batik ini mengancam keberadaan batik tulis dan cap.

Soal perbedaan harga yang lumayan jauh memang menjadi salah satu faktor terancamnya batik tulis dan cap. Harga batik-batik tulis Jepara yangMOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIF dipamerkan di sini misalnya sekitar Rp 3-5 juta. Harga batik tulis buatan Hanif Sofyan, perajin batik Bantul yang ikut berpameran, minimal Rp 250.000. Harga batik motif Mega Mendung buatannya Rp 2 juta. Ini yang memakai bahan pewarna sintetis. Harga Mega Mendung yang memakai bahan pewarna alami Rp 3 juta. Perbedaan ini lumrah saja karena proses pembatikan yang memakai pewarna alami jauh lebih lama. Jika proses membatik dengan warna sintetis sekitar satu bulan, dengan warna alami bisa lebih dari dua bulan. Sedangkan harga batik cap yang dibuat Hanif minimal Rp 65.000. Bandingkan dengan sebuah baju bermotif batik di Pasar Beringharjo yang bisa didapat dengan harga Rp 20.000.

Untuk itu para perajin batik memang harus membuat kreasi-kreasi baru yang menarik agar terus diminati konsumen. Hanif membuat batik berdasar motif yang selama ini dikenal namun warna-warna batiknya lebih ramai dan lebih cerah. Misalnya, pada batik motif Jung yang biasanya berwarna sogan, ia mewarnai perahunya dengan warna-warna muda merah, hijau, biru, kuning. Batik bermotif umum yang ia beri sentuhan lain dalam pameran itu misalnya Jung, Wahyu Tumurun, dan Babon Angrem. Selain itu ia juga menggarap motif flora fauna. Misalnya, serangga berwarna-warni terbang di antara bunga dan dedaunan berlatarkan motif Lereng.

Setelah batik diakui Unesco sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2009 yang disusul semangat mengenakan batik, termasuk oleh pemerintah dan jajarannya, ternyata batik (baca: batik tulis dan batik cap) masih memiliki kendala yang tidak ringan untuk mengembangkan dirinya.

barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta